Pemeriksaan Ketidaksuburan (infertilitas)




Pada step awal seharusnya pasutri memeriksa diri dengan cara bersama, selanjutnya kontrol suami serta istri dilaksanakan terpisah. Tingkatan kontrol ialah : 

I. Tahap interviu Step awal adalah interviu untuk pengumpulan data-data pasien mengenai jatidiri, kisah kesehatan, kisah perkawinan sebelumnya serta saat ini, kisah infertilitas, kisah hubungan seks, serta kisah reproduksi. 

II. Tahap kontrol fisik Kontrol fisik baik suami atau istri mencakup : 

Situasi fisik pada umumnya, seperti tinggi, berat, tebaran rambut, dan lain-lain. 

Situasi beberapa alat reproduksi, seperti testis, vagina, klitoris, rahim, dan lain-lain.

III.Step kontrol laboratorium 

Pria Analisa sperma untuk ketahui kualitas air mani serta spermatozoanya, mencakup jumlah sperma/ml, bentuk, pergerakan, jumlah serta prosentase yang hidup dan pencairan air mani. 

Wanita Pengawasan ovulasi, untuk tentukan apa ovarium membuahkan sel telur yang masak. Pengawasan ovulasi ini bisa dilaksanakan dengan cara-cara : 

Kisah siklus haid: siklus haid yang teratur serta normal, ngilu per-tengahan siklus, perdarahan atau kenaikan luah atau cairan va-gina (vaginal discharge), mastalgia prahaid mengisyaratkan ovulasi terjadi. 

Uji pakis: kontrol di hari ke-23-28 siklus haid, istri diharap tiba untuk pemungutan getah serviks dari kanal endoserviks ke-mudian dikeringkan pada gelas objek serta dicheck impak estro-gen. Bila tidak ada skema daun pakis serta kristal getah serviks bermakna ovulasi terjadi. 

Temperatur Basal Tubuh (SBB): SBB dicheck tiap bangun pagi hari se-belum beraktivitas apa saja. Nilainya diikuti pada kertas diagram. Bila wanita berovulasi, diagram akan menunjukkan skema bifasik dengan tukik pada tengah siklus. 

Sitologi vagina atau sitologi endoserviks: mengawasi perkembangan pada beberapa sel yang tereksfoliasi semasa babak luteal (impak progesteron). 

Biopsi endometrium (mikrokuretase): bisa dilaksanakan dengan cara poliklinis dengan pembiusan mudah atau tanpa ada pembiusan. Dengan menggunakan kuret kecil. Dilaksanakan pada 5-7 hari sebelum hari haid selanjutnya.

Laparoskopi diagnostik : lihat dengan cara langsung ada bintik ovu-lasi atau korpus luteum untuk hasil ovulasi. 

Peneraan hormon: tentukan kandungan hormon dalam darah, urin mau-pun liur (saliva). Kandungan normal pada sebuah siklus : 

Tipe

hormon

Babak siklus haid

Unit

Praovulasi

Ovulasi

Saat ovulasi

FSH

mUI/ml

5-20

15-45

5-12

LH

mUI/ml

5-15

30-40

5-15

PRL

ng/ml

-

5-25

-

E2

pg/ml

25-75

200-600

100-300

P

ng/ml



5-8

10-30



Histeroskopi: bisa menunjukkan lukisan endometrium yang bening kekuningan, yang sesuai babak luteal. 

Ultrasonografi: bisa mengawasi perubahan folikel serta tentukan waktu ovulasi. Kontrol dilaksanakan dengan cara serial.



Penilaian rahim serta aliran telur bisa dilaksanakan dengan cara-cara :

Biopsi endometrium: kecuali untuk penilaian ovulasi, dapat untuk kontrol histologik lain, contohnya biakan pada tuberkulosis, memandang ada hiperplasia endometrium. Kadang didapati ada hiperplasia fokal walau siklus berovulasi berdasar peneraan homon P plasma pada tengah babak luteal. Oleh karenanya perlu dilaksanakan pemeriksan rasio P/E2 serta PRL/E2 bertepatan dengan biopsi endometrium. 

Uji insuflasi/pertubasi: CO2 ditiupkan lewat kanal serviks serta dibikin rekaman kymograf pada desakan uterus, perkembangan desakan ber-arti tuba Falloppii paten. Gas ini dapat didengar dengan stesto-skop atau disaksikan dengan cahaya X. 

Hidrotubasi: konsepnya sama juga dengan pertubasi cuma yang diguna-kan ialah cairan yang memiliki kandungan antibiotika Kanamycin 1 gr, deksametason 5 mg serta antipasmodik cair. 

Histerosalpingogram: dilaksanakan pada paro-pertama siklus haid, laru-tan radioopak disuntikkan lewat kanal serviks ke rahim serta aliran telur. Perjalanan larutan itu diawasi di monitor dengan penguat bayangan. 

Histeroskopi : lihat dengan cara langsung situasi permukaan endome-trium. 

Laparoskopi : lihat dengan cara langsung serta mengetes patensinya de-ngan menyuntikkan larutan biru metilen atau indigokarmin, serta de-ngan lihat pelimpahannya ke rongga peritoneal. Laparoskopi dapat menunjukkan perlekatan pelvis, endometriosis, serta patologi ovarium tapi tidak bisa memvisualisasikan situasi rongga uterus. 

Ultrasonografi atau endosonografi: memandang bentuk, ukuran, dan patologi uterus atau tebal endometrium.

Analisa infeksi TORSH-KM (toksoplasma, rubella, sitomegalus, herpes sim-pleks, klamidia, mikoplasma). 

Uji pasca-sanggama (UPS) untuk lihat apa air mani telah memancar secara baik ke pucuk vagina semasa sanggama. UPS dilaksanakan 2-3 hari sebelum prediksi ovulasi. Pasien diharap tiba 2-8 jam sesudah sangga-ma normal. Getah serviks diisap dari kanal endoserviks serta dicheck de-ngan mikroskop, bila ada 20 spermatozoa per lega pandang besar (LPB= x400) karena itu peluang hamil lumayan besar, di antara 1-20 spermatozoa per LPB telah memberi kepuasan. 

Histeroskopi atau teropong rongga rahim 

Laparoskopi atau teropong rongga perut 

Tuboskopi/Falloposkopi atau teropong rongga salutan telur 

Hidrolaparoskopi atau teropong rongga panggul dibarengi penggenangan cairan

IV. Pemeriksaan Kelanjutan 

Kontrol endoskopi ialah kontrol dengan memakai alat teleskop (teropong) yang dimasukkan ke rongga badan lewat aliran alami (kanal serviks: pada histeroskopi; kanal servik-rongga rahim, mulut aliran telur: pada tuboskopi/Falloposkopi), satu pembedahan kecil (di wilayah pusar atau umbilikus: pada laparoskopi; di pucuk cekungan vagina belakang atau forniks posterior: pada hidrolaparoskopi).Ada 4 (empat) jenis endoskopi dalam bagian ginekologi: 

Histeroskopi dipakai untuk lihat situasi aliran mulut rahim, rongga rahim, mulut dalam aliran telur, besarnya rongga rahim, warna atau kejernihan selaput rahim, untuk memperbedakan polip endometrium serta leiomiom submukosum; untuk pastikan perlekatan dalam rahim serta abnormalitas bawaan dalam rahim; untuk me-ngenali abnormalitas-kelainan pada histerogram; dan untuk penatalaksanaan operasi pada penyekat rahim yang mengakibatkan keguguran berulang-ulang. Laparoskopi dipakai untuk lihat beberapa abnormalitas di rongga panggul (pelvis) atau rongga perut (abdomen) contohnya kista (tumor) indung telur (ova-rium), tumor rahim (miom uterus), perlekatan di rongga panggul karena infeksi atau endometriosis, bintil-bintil (lesi) endometriosis yang tidak nampak dengan alat ultrasonografi, bengkak aliran telur (hidrosalpinks), dan bebe-rapa abnormalitas bawaan rahim seperti rahim dua-tanduk (uterus bikornis) atau tiadanya indung telur (agenesis ovarii).

Tuboskopi atau Falloposkopi dipakai untuk lihat sisi dalam aliran telur, baik permukaannya atau rongganya, contohnya apa ada perlekatan karena infeksi, penyempitan bawaan, serta hilangnya bulu getar (silia) selaput lendir (mu-kosa) aliran telur.

Hidrolaparoskopi adalah satu tehnik canggih untuk lihat satu masalah peranan serta anatomik ujung aliran telur atau cekungan di belakang rahim (kavum Douglas), contohnya perlekatan ujung aliran telur (fimbria), endometriosis, miom uterus subserum dibagian belakang rahim atau kista ovarium.

Kontrol endoskopi tidak dilaksanakan demikian saja pada semua wanita, tetapi harus dengan fundamen yang pasti, contohnya pada wanita infertil yang sudah melaku-kan kontrol infertilitas fundamen awalnya tapi belum tahu pemicu infertilnya, serta pada wanita yang disangka ada endometriosis, miom, tumor atau kanker rahim. 

Popular posts from this blog

Penyebab Ketidaksuburan (infertilitas)

Jus Bayam Atasi Tukak Lambung